Langsung ke konten utama

Postingan

Untitled

Dalam hidup ada fase dimana kita bertemu dengan orang yang tidak baik sebelum bertemu dengan orang yang betul-betul terbaik untuk kita. Kehadiran mereka memang tak perlu disesali lagi adanya, karena yang telah terjadi memang yang terbaik apa adanya, tinggal bagaimana kita yang meyikapinya. Pernah sampai di suatu titik ingin rasanya menghapus orang-orang yang tidak saya inginkan dalam hidup saya, yang "menganggu" pikiran dan hari-hari saya dan yang menyusahkan saya hampir tiap saat kehadirannya. Tapi kemudian saya berpikir bahwa, bukan kuasa saya untuk bertindak seperti itu, saya hanya mahluk, hanya hamba, dan yang punya kuasa atas segala takdir tentu saja Allah. Pikiran-pikiran itulah yang membuat saya kembali melihat "apa yang ada pada diri saya", jangan-jangan memang bukan mereka yang harus saya bersihkan, tapi apa yang ada dalam diri saya yang perlu saya bereskan. Selama hidup kita tentu akan bersinggungan dengan orang lain yang tidak pernah kita tau mereka seper
Postingan terbaru

Kapan ?

Pertanyaan "Kapan?" akhir-akhir ini jadi sedikit horor, yang nanya nya banyak dan sedikit mengintimidasi Haha lebay banget dah ! Siapa yang sering ditanyain kapan nikah ? kapan nyusul ? mana suaranyaaaa ? Kalo gitu kita sama, jawab yang paling aman adalah " doain aja yaaa semoga segera". Tapi tau ga di balik kalimat "doain aja yaa" tersimpan banyak makna, tentu saja ketika saya bilang sama orang lain mohon doanya itu saya bener-bener minta didoain, bukan hanya sekedar basa-basi biar cepet selesai topik ini, kita ga pernah tau dari doa yang mana dan dari siapa doa itu akan Allah ijabah, bisa dari orangtua kita, sahabat kita atau siapapun yang doanya emang tulus sama kita. Kalau ditanya kapan nyusul, saya emang bingung jawabnya apa, karena semua urusan perjodohan, rejeki dan maut mutlak hak Allah. Jadi saya cuma minta doanya aja. Tentu saja menikah itu bukan ajang perlombaan cepat-cepatan, walaupun hati degdeg serr jugak wkwkwk, tapi sejauh ini mencoba melur

Kucing

Beberapa hari yang lalu gue kehilangan kucing kesayangan gue yang masih balita, hilangnya raib gitu aja dan membingungkan gue dan ayah gue yang sayang banget sama si kucing. Kucingnya masih umuran bocah soalnya belum setahun, warnanya kuning keemasan dengan sedikit belang putih di bagian perut sama kaki. Matanya cacat, mata satunya ga bisa ngeliat soalnya kayak ketutup sama selaput putih gitu, awalnya sih dia normal tanpa cacat tapi dicakar sama kucing lain yang udah dewasa jadilah gitu. Sebenarnya ga sengaja juga pelihara kucing itu, semua berawal dari kehadiran kucing betina ga tau punya siapa, sering main ke rumah, karena kasihan jadinya sering dikasih makan di rumah, ternyata si kucing ga mau minggat dari rumah dan tinggal terus di rumah. Setelah beberapa bulan di rumah ternyata dia hamil tapi kondisinya lemah, setelah melahirkan empat ekor anak si kucing betina ini mati, jadilah gue sama ayah ngerawat empat ekor bayi kucing. Mulai dari ngasih dia minum susu dan harus disuapin pak

Maafin Ga Yaaa ?

"Ya Allah, Ya Rabbi, Ya Rahman, Ya Rahim, siapapun Ia yang sedang berdoa kebaikan untuk hamba dalam kerahasiaan di waktu malam dan siang ataupun dalam keadaan terang-terangan, maka kembalikanlah untuknya berkali kali lipat dari apa yang Ia doakan untuk hamba. Dan untuk siapapun yang berharap dan berniat keburukan untuk hamba, maafkanlah mereka, jauhkanlah sifat itu dari mereka dan limpahkan kebahagiaan untuk mereka, kelapangan untuk mereka sebagaimana kebahagiaan yang juga hamba inginkan, dan jadikanlah kami hamba Mu yang berhati lembut dan mudah memaafkan. Aamiin". Sepenggal doa yang manjur di kala hati sedang tidak karuan, di saat diperlakukan buruk oleh orang lain. Saya percaya berdoa kebaikan pada orang yang mendzalimi kita akan menjauhkan kita dari dendam, dari hati yang busuk. Jadi pendendam itu menyeramkan dan ga tenang hidupnya. Bagaimana bisa bahagia jika hati masih menyimpan rasa marah ? Saya sebenarnya bukan orang yang bisa dengan gampang memaafkan apalagi unt

Komentator

Selama kita hidup sering kali kita ketemu dengan orang atau malah jadi orang yang kerjaannya komentarin hidup orang lain. Segala yang orang lain lakukan salah aja di mata kita. Jadi teringat sama ceramahnya Ustadz Subhan Bawazir (lupa judulnya apa) tentang kisah seorang bapak sama anaknya yang mau jual keledai (atau kuda ya ?) ke pasar, kisah ini udah familiar sih. Jadi pada awalnya mereka memutuskan untuk membawa keledai tersebut dengan berjalan kaki, ketika di perjalanan mereka bertemu dengan seseorang yang bertertanya kenapa keledainya ga dinaikin aja padahal pasar masih jauh. Kemudian si anak naik keledai tersebut dan bapaknya berjalan di sebelahnya, ketika bertemu orang lagi, orang tersebut berkomentar "anak durhaka, badan masih muda dan segar malah naik keledai, bapak yang udah tua malah jalan kaki". Kemudian si bapak gantian naik keledai dan anaknya berjalan di sebelahnya, lalu orang berkomentar lagi "bapaknya tega yaa, tua-tua ga kasian sama anak masih kecil di

Pelan-pelan

"Jika engkau menginginkan sesuatu perkara, maka pelan-pelanlah (tenanglah), hingga Allah subhana wata'ala menunjukan pada mu jalan keluarnya"- HR. Bukhari Tergesa-gesa emang mungkin udah sifatnya manusia, lebih tepatnya lagi sifat ku yang susah banget dihilangkan. Baru menyadari dan mengalami gimana sikap terburu-buru dan terlalu menggebu-gebu malah membuat rencana yang aku kira baik berubah jadi sebaliknya, berantakan dan ga sesuai harapan. Semua berawal dari terburu-buru. Sikap gegabah yang aku lakukan malah membuat rencana baik berubah jadi "hawa nafsu" dan tanpa memikirkan "halal-haram" proses tersebut. Pelan-pelan dan ga terburu-buru, dengan proses yang pelan kamu bisa lebih tenang dalam mengambil keputusan, meluruskan niat, dan mencari tau hati mu berada dimana. Bagian meluruskan niat emang susah menurut ku, sering kali udah terkontaminasi. Dengan ketenangan, ada Allah yang akan kamu libatkan dalam mengambil setiap keputusan. Ketika kita

Firstime

Firstime, iya ini pertamakalinya saya nulis blog. Sebenarnya agak telat buat nulis blog mengingat kondisi sekarang ini, yang udah bukan remaja lagi, padahal tidak ada hubungan antara nulis blog dan umur. Jadi maksudnya gini, waktu jaman kuliah atau abege dulu mungkin banyak hal atau pengalaman yang menarik buat dibagikan, kalo sekarang mungkin begini-begini aja, tapi ga juga sih tergantung orangnya, yasudahlah bingung. Tapi daripada tidak sama sekali jadinya nulis aja yuk. Sebenarnya udah lama suka nulis, tapi buat dibaca sendiri aja, atau biasanya abis ditulis dihapus lagi, begitu aja terus. Nah, sekarang kenapa dong nulis blog segala ? Jawabannya adalah, karena saya butuh wadah buat bercerita, mengekspresikan diri lewat tulisan-tulisan, walaupun siapa juga yang mau baca haha. Kadang saya merasa lebih enak mengungkapkan sesuatu lewat tulisan daripada bicara langsung, tadinya mau nulis lewat Instagram aja tapi berhubung kolom caption itu agak terbatas jadinya nulis disini aja. Nant