Langsung ke konten utama

Kapan ?

Pertanyaan "Kapan?" akhir-akhir ini jadi sedikit horor, yang nanya nya banyak dan sedikit mengintimidasi Haha lebay banget dah ! Siapa yang sering ditanyain kapan nikah ? kapan nyusul ? mana suaranyaaaa ? Kalo gitu kita sama, jawab yang paling aman adalah " doain aja yaaa semoga segera". Tapi tau ga di balik kalimat "doain aja yaa" tersimpan banyak makna, tentu saja ketika saya bilang sama orang lain mohon doanya itu saya bener-bener minta didoain, bukan hanya sekedar basa-basi biar cepet selesai topik ini, kita ga pernah tau dari doa yang mana dan dari siapa doa itu akan Allah ijabah, bisa dari orangtua kita, sahabat kita atau siapapun yang doanya emang tulus sama kita. Kalau ditanya kapan nyusul, saya emang bingung jawabnya apa, karena semua urusan perjodohan, rejeki dan maut mutlak hak Allah. Jadi saya cuma minta doanya aja. Tentu saja menikah itu bukan ajang perlombaan cepat-cepatan, walaupun hati degdeg serr jugak wkwkwk, tapi sejauh ini mencoba meluruskan kembali niat dan memahami kembali arti pernikahan itu seperti apa. Banyak yang bilang usia segini segitu udah ga ideal lagi, tau dari mana andaaa ? Nanti anaknya jadi jauh dong umurnya sama orangtuanya, begitulah katanya. Kalau pernikahan hanya sebatas mau punya anak, jika Allah takdirkan ditunda dulu punya anaknya gimana ? terus nikahnya udahan ? Ngga dong, pernikahan itu masyaa Allah ibadah seumur hidup kita, jawabnya harus pakai sholat istikharah dulu biar syahdu, harus pakai tahajjud dulu biar lancar. Kapan waktunya pun ga tau, itu mutlak hak dan ketentuan Allah, bagian kita adalah berdoa dan berusahanya. Usahanya gimana ? pre order sama guru ngaji mungkin wkwkwk becanda denggg tapi serius, atau sama temen, yang bisa jadi perantara yang bisa dipercaya Haha (ini sih curhat). yaudahlah daripada kemana-kemana lebih baik pantaskan diri kita untuk doi yang mungkin saat ini juga lagi sama-sama belajar, nanti insyaa Allah dipertemukan juga entah di dunia jadi suami, atau di akhirat, katanya kan nanti di surga kita akan berpasang-pasangan. tapi itu kalau masuk surga, Ya Allah ini sih yang sedih. Entah siapa yang duluan jemput si dia apa malaikat maut. Ini padahal mau udahan nulisnya, tapi sering juga kepikiran ini. Semoga selalu Allah tunjukan untuk saya jalan lurus yang Allah ridhoi. Dan semoga saya dipertemukan orang-orang baik yang selalu mengingatkan saya Aamiin.

Komentar

  1. The Best online casino – how can I win in a casino?
    A no deposit 온라인 카지노 추천 bonus is a reward you can win if you win and your casino deposit has something that you could pay you for as a bonus.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Komentator

Selama kita hidup sering kali kita ketemu dengan orang atau malah jadi orang yang kerjaannya komentarin hidup orang lain. Segala yang orang lain lakukan salah aja di mata kita. Jadi teringat sama ceramahnya Ustadz Subhan Bawazir (lupa judulnya apa) tentang kisah seorang bapak sama anaknya yang mau jual keledai (atau kuda ya ?) ke pasar, kisah ini udah familiar sih. Jadi pada awalnya mereka memutuskan untuk membawa keledai tersebut dengan berjalan kaki, ketika di perjalanan mereka bertemu dengan seseorang yang bertertanya kenapa keledainya ga dinaikin aja padahal pasar masih jauh. Kemudian si anak naik keledai tersebut dan bapaknya berjalan di sebelahnya, ketika bertemu orang lagi, orang tersebut berkomentar "anak durhaka, badan masih muda dan segar malah naik keledai, bapak yang udah tua malah jalan kaki". Kemudian si bapak gantian naik keledai dan anaknya berjalan di sebelahnya, lalu orang berkomentar lagi "bapaknya tega yaa, tua-tua ga kasian sama anak masih kecil di

Untitled

Dalam hidup ada fase dimana kita bertemu dengan orang yang tidak baik sebelum bertemu dengan orang yang betul-betul terbaik untuk kita. Kehadiran mereka memang tak perlu disesali lagi adanya, karena yang telah terjadi memang yang terbaik apa adanya, tinggal bagaimana kita yang meyikapinya. Pernah sampai di suatu titik ingin rasanya menghapus orang-orang yang tidak saya inginkan dalam hidup saya, yang "menganggu" pikiran dan hari-hari saya dan yang menyusahkan saya hampir tiap saat kehadirannya. Tapi kemudian saya berpikir bahwa, bukan kuasa saya untuk bertindak seperti itu, saya hanya mahluk, hanya hamba, dan yang punya kuasa atas segala takdir tentu saja Allah. Pikiran-pikiran itulah yang membuat saya kembali melihat "apa yang ada pada diri saya", jangan-jangan memang bukan mereka yang harus saya bersihkan, tapi apa yang ada dalam diri saya yang perlu saya bereskan. Selama hidup kita tentu akan bersinggungan dengan orang lain yang tidak pernah kita tau mereka seper