Langsung ke konten utama

Maafin Ga Yaaa ?

"Ya Allah, Ya Rabbi, Ya Rahman, Ya Rahim, siapapun Ia yang sedang berdoa kebaikan untuk hamba dalam kerahasiaan di waktu malam dan siang ataupun dalam keadaan terang-terangan, maka kembalikanlah untuknya berkali kali lipat dari apa yang Ia doakan untuk hamba. Dan untuk siapapun yang berharap dan berniat keburukan untuk hamba, maafkanlah mereka, jauhkanlah sifat itu dari mereka dan limpahkan kebahagiaan untuk mereka, kelapangan untuk mereka sebagaimana kebahagiaan yang juga hamba inginkan, dan jadikanlah kami hamba Mu yang berhati lembut dan mudah memaafkan. Aamiin".

Sepenggal doa yang manjur di kala hati sedang tidak karuan, di saat diperlakukan buruk oleh orang lain. Saya percaya berdoa kebaikan pada orang yang mendzalimi kita akan menjauhkan kita dari dendam, dari hati yang busuk. Jadi pendendam itu menyeramkan dan ga tenang hidupnya. Bagaimana bisa bahagia jika hati masih menyimpan rasa marah ? Saya sebenarnya bukan orang yang bisa dengan gampang memaafkan apalagi untuk hal yang fatal, saya perlu waktu, ga bisa tiba-tiba hari itu rasa kecewanya reda atau hati udah ikhlas, dalam beberapa minggu saya mencoba mengontrol emosi saya, pikiran saya, perkataan saya, yang kalau lagi dalam keadaan gitu pasti yang keluar hanya yang negatif, yang keluar bisa-bisa doa keburukan tapi saya berusaha menahan meskipun kadang keingat dan bawaannya pengen doain yang jelek-jelek aja biar menderita sekalian orangnya. Tapi saya pikir lagi saya ga mau jadi orang yang rugi dan ga bisa memetik hikmah dari setiap kejadian dalam hidup saya. 

Tapi semua itu ga perlu dipaksakan kok, pelan-pelan aja ikutinya. Kalo dipaksa malahan hati yang jadinya sesak sendiri, jadi memaafkannya sambil santai-santai aja, sambil mikirin sisa hidup kita mau dibawa kemana atau sambil mikirin rencana apa kedepannya yang bermanfaat buat diri sendiri dan orang lain. Dan yang terpenting harus selalu berpikiran positif, apapun itu yang Allah tarik dan jauhkan dari hidup kita udah pasti ga baik atau ga cocok buat kita, jadi jangan ngotot banget. 


Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula” (QS. Az Zalzalah: 7-8).






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kapan ?

Pertanyaan "Kapan?" akhir-akhir ini jadi sedikit horor, yang nanya nya banyak dan sedikit mengintimidasi Haha lebay banget dah ! Siapa yang sering ditanyain kapan nikah ? kapan nyusul ? mana suaranyaaaa ? Kalo gitu kita sama, jawab yang paling aman adalah " doain aja yaaa semoga segera". Tapi tau ga di balik kalimat "doain aja yaa" tersimpan banyak makna, tentu saja ketika saya bilang sama orang lain mohon doanya itu saya bener-bener minta didoain, bukan hanya sekedar basa-basi biar cepet selesai topik ini, kita ga pernah tau dari doa yang mana dan dari siapa doa itu akan Allah ijabah, bisa dari orangtua kita, sahabat kita atau siapapun yang doanya emang tulus sama kita. Kalau ditanya kapan nyusul, saya emang bingung jawabnya apa, karena semua urusan perjodohan, rejeki dan maut mutlak hak Allah. Jadi saya cuma minta doanya aja. Tentu saja menikah itu bukan ajang perlombaan cepat-cepatan, walaupun hati degdeg serr jugak wkwkwk, tapi sejauh ini mencoba melur

Komentator

Selama kita hidup sering kali kita ketemu dengan orang atau malah jadi orang yang kerjaannya komentarin hidup orang lain. Segala yang orang lain lakukan salah aja di mata kita. Jadi teringat sama ceramahnya Ustadz Subhan Bawazir (lupa judulnya apa) tentang kisah seorang bapak sama anaknya yang mau jual keledai (atau kuda ya ?) ke pasar, kisah ini udah familiar sih. Jadi pada awalnya mereka memutuskan untuk membawa keledai tersebut dengan berjalan kaki, ketika di perjalanan mereka bertemu dengan seseorang yang bertertanya kenapa keledainya ga dinaikin aja padahal pasar masih jauh. Kemudian si anak naik keledai tersebut dan bapaknya berjalan di sebelahnya, ketika bertemu orang lagi, orang tersebut berkomentar "anak durhaka, badan masih muda dan segar malah naik keledai, bapak yang udah tua malah jalan kaki". Kemudian si bapak gantian naik keledai dan anaknya berjalan di sebelahnya, lalu orang berkomentar lagi "bapaknya tega yaa, tua-tua ga kasian sama anak masih kecil di

Untitled

Dalam hidup ada fase dimana kita bertemu dengan orang yang tidak baik sebelum bertemu dengan orang yang betul-betul terbaik untuk kita. Kehadiran mereka memang tak perlu disesali lagi adanya, karena yang telah terjadi memang yang terbaik apa adanya, tinggal bagaimana kita yang meyikapinya. Pernah sampai di suatu titik ingin rasanya menghapus orang-orang yang tidak saya inginkan dalam hidup saya, yang "menganggu" pikiran dan hari-hari saya dan yang menyusahkan saya hampir tiap saat kehadirannya. Tapi kemudian saya berpikir bahwa, bukan kuasa saya untuk bertindak seperti itu, saya hanya mahluk, hanya hamba, dan yang punya kuasa atas segala takdir tentu saja Allah. Pikiran-pikiran itulah yang membuat saya kembali melihat "apa yang ada pada diri saya", jangan-jangan memang bukan mereka yang harus saya bersihkan, tapi apa yang ada dalam diri saya yang perlu saya bereskan. Selama hidup kita tentu akan bersinggungan dengan orang lain yang tidak pernah kita tau mereka seper